Di Balik Tabir 20 Mei

Noto Soeroto, salah seorang tokoh Boedi Oetomo (BO), di dalam satu pidatonya tentang Gedachten van Kartini alsrichtsnoer voor de Indische Vereniging berkata: “Agama Islam merupakan batu karang yang sangat berbahaya... Sebab itu soal agama harus disingkirkan, agar perahu kita tidak karam dalam gelombang kesulitan.” Deg….Sobat, bagai hampir kena petir yang menyambar. Penulis kaget, waktu ngebaca salah satu artikel di internet. Awalnya sih, kita pikir itu hanya artikel guyonan yang dibuat oleh orang iseng di dunia maya. Penasaranpun makin bikin tangan penulis gatel untuk browsing lebih banyak soal BO. Ternyata, makin lama kita searching soal BO, makin banyak pula artikel yang ngedukung tulisan di atas. Seakan-akan apa yang selama ini kita dapat di SD, SMP dan SMA tentang BO, sirna begitu aja. Rasa salut dan simpati pada BO sebagai pejuang kebangkitan nasional, udah lenyap saat buanyak referensi mampir ke flashdisk penulis.

Apa aja sih yang kita dapat…?Yuk kita bagi sama-sama, moga ini semua bermanfaat. Boleh juga lho dikonsultasikan ke guru. Soalnya belum tentu rekan dan guru-guru kita ngerti banget apa itu BO. Mereka kan juga dapat referensi dari buku pelajaran sekolah aja. Jarang banget kan kita dapat sumber dari buku-buku aslinya. Nah sobat, tentunya kita semua bakal berusaha obyektif. Sesuai ama porsinya. Alangkah bijaknya kita kalo buletin ini bisa kalian jadikan studi perbandingan ama buku-buku pelajaran. Lebih lengkap mana sumbernya, dan lebih bagus mana penjelasannya. Semua kita serahin ama sobat sekalian. Yang pasti, kita tetep kudu menjadikan Islam sebagai nomor satu, bukan BO…iya kan.

Sekilas tentang BO

Sobat, Boedi Oetomo sendiri berawal dari organisasi yang didirikan oleh para mahasiswa STOVIA, yang merupakan sekolah kedokteran milik Belanda. Pada tanggal 20 Mei tahun 1908. Ambtenaar atau para pegawai negeri yang loyal ama pemerintah kolonial Belanda secara langsung ngontrol dan mimpin organisasi ini. Cuma orang Jawa dan Madura saja yang bisa menjadi anggota BO. Bahkan orang Betawi, yang konon asli Jakarta, tempat organisasi ini didirikan, ga bisa masuk jadi anggotanya. Bukti ini semua kebaca dalam surat edaran yang dikirim oleh Sekretaris pertama BO, Soewarno kepada pers bulan Juli 1908, tulisan ini dimuat dalam buku Sumbangsih. Di buku itu ditulis, bagaimana cara Soewarno menjelaskan soal para pendiri BO. Soewarno menyatakan sebagai berikut : “Pada tanggal 20 Mei 1908 murid-murid Sekolah Latihan Dokter-dokter pribumi di Weltevreden, memutuskan prinsipnya pembentukan sebuah perkumpulan orang-orang Jawa yang akan mendirikan pusat suatu perkumpulan umum dimasa depan dan pendirian perkumpulan itu terjadi kemudian.” (Paul W. Van der Veur, Kenang-kenangan Dr. Soetomo hal. 21-22, Sinar Harapan, Jakarta 1984). Tuh kan, cuma buat orang Jawa doang.

Boedi Oetomo sendiri pertama kali dipimpin ama Raden T. Tirtokusumo, Bupati Karanganyar, sampe sekitar tahun 1911. Bisa ditebak, dia juga sangat loyal dan dipercaya ama pemerintah Belanda. Terus terang, karena diapun digaji oleh Belanda. Ga mungkin kan Belanda menjadikan orang yang nentang penjajahannya sebagi seorang Bupati. Emang enak dikhianati bawahan... Selanjutnya sobat, Raden T. Tirtokusumo diganti ama Pangeran Notodirodjo, dari Keraton Paku Alam Yogyakarta. Lagi-lagi ama orang yang duduk manis dan manggut-manggut ama pemerintah Belanda. Podho wae.

By the way sobat, organisasi Boedi Oetomo yang didengung-dengungkan bersifat nasionalis, tentunya ga membedakan semua ras di Indonesia, ternyata ga semanis yang kita kira. Jangankan ama orang Batak, Papua, Ambon, dan Kalimantan…ama orang Betawi aja mereka ga seberapa ngeh. Ini terbukti dari Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga BO yang dikutip ama situs eramuslim.com. Dalam pasal 2 AD-ART BO, dituliskan, ”Tujuan organisasi untuk menggalang kerjasama guna memajukan tanah dan bangsa Jawa dan Madura secara harmonis.” Tuh kan, hanya Jawa-Madura sentris doang. Hal ini juga dibenarkan ama sejahrawan Indonesia Hamid Algadrie dan Dr. Radjiman. Selebihnya, pada praktek keorganisasian, BO hanya membahas bagaimana cara memperbaiki taraf hidup orang Jawa-Madura semata. Kasiyan deh...

Nah sobat, kalo kita mau mikir dikit aja, sifat Jawa-Madura sentris yang ada di BO, sebenarnya udah ngebuktiin BO ga bersifat nasionalis, seperti yang selama ini diiklankan. Sifat organisasi BO udah ngasih lampu merah kalo mereka tetep membiarkan daerah lain dijajah ama Belanda. Dan ga mau mikir gimana taraf hidup penduduk di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi ama Papua. Yang selama ini sering kita dengar dari guru kita.

Lebih parahnya, sebagian besar tokoh di BO antiagama, khususnya Islam. Tentu ga heran, karena mereka dapat pendidikan dari pemerintah kolonial Belanda. Bahkan sejumlah tokohnya juga anggota freemasonry, yaitu lembaga milik Yahudi yang punya misi orientalisme, alias tipu daya untuk ngacak-ngacak sebuah negeri (eramuslim.com). Ini terbukti dari kutipan media cetak milik BO terbitan Surabaya, tulisan itu berbunyi, “Digul (daerah di Papua) lebih utama daripada Makkah”, “Buanglah Ka’bah dan jadikanlah Demak itu Kamu Punya Kiblat!” Tulisan tadi dikutip oleh A. Hassan dalam majalah Al-Lisan nomor 24, tahun 1938.

Sobat, beda ama Sarikat Islam yang saat itu banyak tokohnya yang dipenjara karena nentang Belanda. Karakter BO yang sejalan ama pemerintah Belanda, membuat ga ada satupun tokohnya yang ditangkap apalagi masuk bui. Sifat perjuangan BO yang sempit, tokoh yang antiagama, dan sejalan ama pemerintah Belanda, seakan jadi tamparan keras buat Dr. Soetomo dan Dr. Cipto Mangunkusumo. Keduanya lalu keluar dari BO kecewa berat ama perjuangan BO. Mungkin mereka berdua bakal bilang, capek deh...

Di bulan April 1930, karena nerima banyak segali hujatan dan kritik pedas, dengan terpaksa, akhirnya BO dibuka untuk semua golongan di Indonesia. Kemudian dilanjutkan dengan konferensi di Solo pada Desember 1932, yang mengubah tujuan BO menjadi ”Mencapai Indonesia Merdeka.” (AK. Pringodigdo, SH, Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia hal 132 dan 133, PT. Dian Rakyat, Jakarta 1991).

Sobat, itu tadi sekilas tentang sejarah BO, tujuannya dan orang-orang yang ada di dalamnya. Memang ternyata, BO ga seideal yang digambarin ama tokoh-tokoh nasionalis. Malah sebagian besar anggotanya antiagama. Masa kita mau menjadikan orang yang antiagama jadi idola kita? Malu atuh Bang...

Melacak Kebangkitan Hakiki

Sobat, ga sedikit dari kita bingung memaknai apa itu kebangkitan. Malah ga jarang kita salah memberi definisi tentang kebangkitan. Keberadaan Boedi Oetomo misalnya, banyak yang menyebutnya sebagai momen kebangkitan. Tentu maksudnya adalah kebangkitan melawan penjajah. Khususnya penjajahan militer. Apabila itu yang dimaksud, berarti makna kebangkitan adalah upaya perlawanan terhadap segala yang membatasi, lebih konkritnya mengintimidasi kita. Artinya bila kita bisa bangkit, hasilnya adalah kita bebas menentukan pilihan sendiri. Padahal, fakta negeri kita sekarang sma sekali ga seperti itu.

Kita kudu sedikit lebih cerdas, karena kebangkitan ga berarti hanya bebas dari penjajahan militer doang. Buktinya negeri kita masih aja nerapin hukum buatan pemerintah kolonial Belanda. Meski Belanda udah ga lagi njajah negeri kita. Bukti yang lain, ekonomi kita masih terkatung-katung dalam hutang. Hutan dan sumber daya negeri kita banyak yang dikuasai oleh pihak luar. Bukan dikelola ama negeri kita sendiri. Sebut aja Exxon di Aceh dan Freeport di Papua. Itu hanya seklumit bukti kalo negeri kita tuh belum sreg bangkitnya, dan kebangkitan nasional yang didengungkan cuma sekedar angin semilir yang lewat. Belum lagi kalo kita lihat kondisi masyarakat yang serba kepepet dan kekurangan. Sedangkan remaja kita mayoritas malah hidup serba hedonis dan ga karuan. Apa ini yang disebut kebangkitan? Tobat toh Jeng....

Sobat, tentu ga salah bila Allah SWT berfirman, “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya”. (TQS.Al-Israa’ : 36). Tentu kalo kita cerminkan ama pembahasan di atas, pastinya kamu semua bakal ngerti. Semisal, kita ga boleh percaya gitu aja kalo BO merupakan pejuang kebangkitan nasional yang sebenarnya. Dengan membaca fakta yang udah dipaparin di atas, hal ini sungguh bikin kita sebel. Apalagi kalo ngelihat kondisi negeri kita sekarang yang lagi ngenes-ngenesnya, tentu ga matching kalo kita masih memakai kamus definisi kebangkitan nasional. Ngimpi kali kang....

Memilah Kebangkitan Hakiki

Sobat, dalam bahasa Arab, kebangkitan disebut An-Nahdhoh. Makna kebangkitan, bisa sobat baca di buku Dasar-dasar Kebangkitan. Dalam buku tersebut, ada definisi yang lumayan panjang tentang kebangkitan. Singkatnya, makna kebangkitan adalah kondisi dimana sekelompok manusia atau masyarakat terbebas dari kungkungan aturan manusia dan kembali kepada aturan Allah SWT. Ini semua bisa terjadi kalo manusia mau ngelakuin perubahan. Dan Allah SWT telah berfirman, ”Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (TQS.Ar-Ra'd: 19). Di dalam tafsir dijelaskan yang dimaksud dengan keadaan adalah Allah ga akan merubah keadaan kita, selama kita ga ngerubah sebab-sebab kemunduran kita.

Nah, kembali ke kitab Dasar-dasar Kebangkitan, yang nyebabin kemunduran kita saat ini, adalah aturan kebebasan buatan akal kita yang membuat manusia sakarepe dhewe. Termasuk di dalamnya adalah kemaksiatan dan perbuatan dosa. Dan ingat sobat, kemunduran akan menyebabkan kerusakan. Allah SWT berfirman, ”Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (TQS. Ar Rum: 41).

So sobat, adlah sebuah kekeliruan besar, jika kita menjadikan figur BO sebagai standar kebangkitan. Tanpa ngerti apa itu definisi bangkit itu sendiri. Apalagi Allah SWT melalui Rasulullah SAW, membenci orang-orang yang mengajak kepada kebangkitan yang salah dengan ikatan nasionalisme. Rasulullah SAW bersabda, “Bukan dari golongan kami, orang-orang yang menyeruh pada ‘ashabiyah (nasionalisme, kebangsaan, dsb)” (THR. Abu Dawud) di hadits yang lain dikatakan “barang siapa menyeruh kepada ‘ashabiyah (nasionalisme, kebangsaan, dsb) maka ia bukan termasuk golonganku” (THR. Muslim).

Rasulullah juga mengatakan dalam hadisnya yang lain seperti “Barang siapa yang melakukan sesuatu perbuatan yang bukan berasal dariku (Islam) maka amalannya tertolak” (THR. Muslim). Sehingga jelas, konkritnya kita kudu belajar Islam, supaya ngerti mana yang bener dan mana yang salah. Jangan-jangan, kita malah mendukung sesuatu yang salah, bahkan mengidolakan BO walau di dalamnya sangat benci pada umat Islam. Ga suka dengan agama Islam. Tentu ini bertentangan ama firman Allah SWT, ”Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam.” (TQS. Ali Imran: 19). Iya kan…...

Blogger template 'Yes#39; by By Ujang2008

Jump to TOP

Blogger templates by Ayah Ujang